KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikanmakalah mata kuliah softskill “Pendidikan Kewarganegaraan”. Kemudian
shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad
SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk
keselamatan umat di dunia.
Tulisan ini merupakan salah satu tugas mata kuliah softskill "Pendidikan Kewarganegaraan" pada program studi Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri di Universitas Gunadarma.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak Muhammad Akram selaku dosen mata kuliah softskill "Pendidikan Kewarganegaraan" dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta
arahan selama penyusunan tulisan ini.
Akhirnya penyusun menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan
dalam penyusunan tulisan ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
Depok, Juni 2013
Penyusun
PENGENALAN
Era Pasca Soeharto atau Era Reformasi di Indonesia
dimulai pada pertengahan 1998, tepatnya saat Presiden Soeharto
mengundurkan diri pada 21 Mei 1998
dan digantikan wakil presiden BJ Habibie.
1.1 LATAR BELAKANG
Krisis finansial Asia yang menyebabkan ekonomi
Indonesia melemah dan semakin besarnya ketidak puasan masyarakat
Indonesia terhadap pemerintahan pimpinan Soeharto saat itu menyebabkan
terjadinya demonstrasi besar-besaran yang dilakukan
berbagai organ aksi mahasiswa di
berbagai wilayah Indonesia.
Pemerintahan Soeharto semakin disorot setelah Tragedi
Trisakti pada 12 Mei 1998
yang kemudian memicu Kerusuhan Mei 1998 sehari setelahnya. Gerakan mahasiswa pun
meluas hampir diseluruh Indonesia. Di bawah tekanan yang besar dari dalam
maupun luar negeri, Soeharto akhirnya memilih untuk mengundurkan diri dari
jabatannya.
Krisis
ekonomi dan Kerusuhan Mei 1998
- 22 Januari 1998
- Rupiah tembus 17.000,- per dolar
AS, IMF
tidak menunjukkan rencana bantuannya.
- 12 Februari
·
- Soeharto menunjuk Wiranto,
menjadi Panglima Angkatan Bersenjata.
- 5 Maret
·
- Dua puluh mahasiswa Universitas Indonesia mendatangi
Gedung DPR/MPR untuk
menyatakan penolakan terhadap pidato
pertanggungjawaban presiden yang disampaikan pada Sidang Umum
MPR dan menyerahkan agenda reformasi nasional. Mereka diterima Fraksi
ABRI
- 10 Maret
·
- Soeharto
terpilih kembali untuk masa jabatan lima tahun yang ketujuh kali dengan
menggandeng B.J. Habibie sebagai Wakil Presiden.
- 14 Maret
·
- Soeharto mengumumkan kabinet
baru yang dinamai Kabinet Pembangunan VII. Bob
Hasan dan anak Soeharto, Siti Hardiyanti Rukmana, terpilih
menjadi menteri.
- 15 April
·
- Soeharto meminta mahasiswa
mengakhiri protes dan kembali ke kampus karena sepanjang bulan ini
mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi swasta dan negeri melakukan
berunjuk rasa menuntut dilakukannya reformasi politik
- 18 April
·
- Menteri Pertahanan dan
Keamanan/Panglima ABRI Jendral Purn. Wiranto dan 14 menteri Kabinet
Pembangunan VII mengadakan dialog dengan mahasiswa di Pekan Raya Jakarta
namun cukup banyak perwakilan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi
yang menolak dialog tersebut.
- 1 Mei
·
- Soeharto melalui Menteri Dalam
Negeri Hartono dan Menteri Penerangan Alwi
Dahlan mengatakan bahwa reformasi baru bisa dimulai tahun
2003.
- 2 Mei
·
- Pernyataan itu diralat dan
kemudian dinyatakan bahwa Soeharto mengatakan reformasi bisa dilakukan
sejak sekarang (1998).
- Mahasiswa di Medan, Bandung
dan Yogyakarta menyambut kenaikan harga bahan bakar minyak dengan
demonstrasi besar-besaran. Demonstrasi disikapi dengan represif oleh
aparat. Di beberapa kampus terjadi bentrokan.
- 4 Mei
·
- Harga BBM
melonjak tajam hingga 71%, disusul tiga hari kerusuhan
di Medan dengan korban sedikitnya 6 meninggal.
- 7 Mei
- Peristiwa Cimanggis, bentrokan
antara mahasiswa dan aparat keamanan terjadi di kampus Fakultas Teknik Universitas Jayabaya, Cimanggis,
yang mengakibatkan sedikitnya 52 mahasiswa dibawa ke RS Tugu Ibu,
Cimanggis. Dua di antaranya terkena tembakan di leher dan lengan kanan,
sedangkan sisanya cedera akibat pentungan rotan dan mengalami iritasi
mata akibat gas air mata.
- 8 Mei
·
- Peristiwa Gejayan, 1 mahasiswa Yogyakarta
tewas terbunuh.
- 9 Mei
·
- Soeharto berangkat seminggu ke
Mesir
untuk menghadiri pertemuan KTT G-15. Ini
merupakan lawatan terakhirnya keluar negeri sebagai Presiden RI.
- 12 Mei
·
- Tragedi Trisakti, 4 mahasiswa Trisakti terbunuh.
- 13 Mei
Gambar1.1 Mal Ratu
Luwes di Jl. S. Parman termasuk salah satu yang dibakar di Solo
·
- Kerusuhan Mei 1998 pecah di Jakarta.
kerusuhan juga terjadi di kota Solo.
- Soeharto yang sedang
menghadiri pertemuan negara-negara berkembang G-15 di Kairo,
Mesir,
memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Sebelumnya, dalam pertemuan tatap
muka dengan masyarakat Indonesia di Kairo, Soeharto menyatakan akan
mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden.
- Etnis Tionghoa
mulai eksodus meninggalkan Indonesia.
- 14 Mei
·
- Demonstrasi terus bertambah
besar hampir di semua kota di Indonesia, demonstran mengepung dan
menduduki gedung-gedung DPRD di daerah.
- Soeharto, seperti dikutip
koran, mengatakan bersedia mengundurkan diri jika rakyat menginginkan. Ia
mengatakan itu di depan masyarakat Indonesia di Kairo.
- Kerusuhan di Jakarta
berlanjut, ratusan orang meninggal dunia akibat kebakaran yang terjadi
selama kerusuhan terjadi.
- 15 Mei
·
- Selesai mengikuti KTT G-15,
tanggal 15 Mei l998, Presiden Soeharto kembali ke tanah air dan mendarat
di lapangan Bandar Udara Halim
Perdanakusuma di Jakarta, subuh dini hari. Menjelang siang
hari, Presiden Soeharto menerima Wakil Presiden B.J. Habibie dan sejumlah
pejabat tinggi negara lainnya.
- 17 Mei
·
- Menteri Pariwisata, Seni dan
Budaya, Abdul Latief melakukan langkah
mengejutkan pada Minggu, 17 Mei 1998. Ia mengajukan surat pengunduran
diri kepada Presiden Soeharto dengan alasan masalah keluarga, terutama
desakan anak-anaknya.
- 18 Mei
·
- Pukul 15.20 WIB, Ketua MPR yang
juga ketua Partai Golkar, Harmoko
di Gedung DPR, yang dipenuhi ribuan mahasiswa, dengan suara tegas
menyatakan, demi persatuan dan kesatuan bangsa, pimpinan DPR, baik Ketua
maupun para Wakil Ketua, mengharapkan Presiden Soeharto mengundurkan diri
secara arif dan bijaksana. Harmoko saat itu didampingi seluruh Wakil
Ketua DPR, yakni Ismail
Hasan Metareum, Syarwan
Hamid, Abdul Gafur, dan Fatimah Achmad.
- Pukul 21.30 WIB, empat orang
menko (Menteri Koordinator) diterima Presiden Soeharto di Cendana untuk
melaporkan perkembangan. Mereka juga berniat menggunakan kesempatan itu
untuk menyarankan agar Kabinet Pembangunan VII dibubarkan saja, bukan
di-reshuffle. Tujuannya, agar mereka yang tidak terpilih lagi dalam
kabinet reformasi tidak terlalu "malu". Namun, niat itu
tampaknya sudah diketahui oleh Presiden Soeharto. Ia langsung mengatakan,
"Urusan kabinet adalah urusan saya." Akibatnya, usul agar
kabinet dibubarkan tidak jadi disampaikan. Pembicaraan beralih pada
soal-soal yang berkembang di masyarakat.
- Pukul 23.00 WIB
Menhankam/Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto mengemukakan, ABRI
menganggap pernyataan pimpinan DPR agar Presiden Soeharto mengundurkan
diri itu merupakan sikap dan pendapat individual, meskipun pernyataan itu
disampaikan secara kolektif. Wiranto mengusulkan pembentukan "Dewan
Reformasi".
- Gelombang pertama mahasiswa
dari FKSMJ
dan Forum
Kota memasuki halaman dan menginap di Gedung DPR/MPR.
Gambar 1.2 Mahasiswa
menduduki Gedung DPR/MPR
- 19 Mei
·
- Pukul 09.00-11.32 WIB,
Presiden Soeharto bertemu ulama dan tokoh masyarakat, yakni Ketua Umum PB
Nahdlatul Ulama Abdurrahman Wahid, budayawan Emha Ainun Nadjib, Direktur Yayasan
Paramadina Nucholish Madjid,
Ketua Majelis Ulama Indonesia Ali
Yafie, Prof Malik Fadjar
(Muhammadiyah), Guru Besar Hukum Tata Negara dari Universitas Indonesia Yusril Ihza Mahendra, KH
Cholil Baidowi (Muslimin Indonesia), Sumarsono
(Muhammadiyah), serta Achmad Bagdja dan Ma'ruf
Amin dari NU. Dalam pertemuan yang berlangsung selama hampir
2,5 jam (molor dari rencana semula yang hanya 30 menit) itu para tokoh
membeberkan situasi terakhir, dimana eleman masyarakat dan mahasiswa
tetap menginginkan Soeharto mundur. Soeharto lalu mengajukan pembentukan
Komite Reformasi
- Presiden Soeharto mengemukakan,
akan segera mengadakan reshuffle Kabinet Pembangunan VII, dan sekaligus
mengganti namanya menjadi Kabinet Reformasi. Presiden juga membentuk
Komite Reformasi. Nurcholish sore hari mengungkapkan bahwa gagasan
reshuffle kabinet dan membentuk Komite Reformasi itu murni dari Soeharto,
dan bukan usulan mereka.
- Pukul 16.30 WIB, Menko Ekuin Ginandjar Kartasasmita bersama
Menperindag Mohamad Hasan melaporkan kepada Presiden
soal kerusakan jaringan distribusi ekonomi akibat aksi penjarahan dan
pembakaran. Bersama mereka juga ikut Menteri Pendayagunaan BUMN Tanri
Abeng yang akan melaporkan soal rencana penjualan saham BUMN
yang beberapa peminatnya menyatakan mundur. Pada saat itu, Menko Ekuin
juga menyampaikan reaksi negatif para senior ekonomi; Emil
Salim, Soebroto, Arifin
Siregar, Moh Sadli, dan Frans
Seda, atas rencana Soeharto membentuk Komite Reformasi dan
me-reshuffle kabinet. Mereka intinya menyebut, tindakan itu mengulur-ulur
waktu.
- Ribuan mahasiswa menduduki Gedung DPR/MPR,
Jakarta.
- Amien Rais mengajak massa
mendatangi Lapangan Monumen Nasional untuk memperingati Hari Kebangkitan
Nasional.
- Dilaporkan bentrokan terjadi
dalam demonstrasi di Universitas Airlangga, Surabaya.
- 20 Mei
·
- Amien
Rais membatalkan rencana demonstrasi besar-besaran di Monas,
setelah 80.000 tentara bersiaga di kawasan Monas.
- 500.000 orang berdemonstrasi
di Yogyakarta, termasuk Sultan Hamengkubuwono X. Demonstrasi
besar lainnya juga terjadi di Surakarta, Medan, Bandung.
- Harmoko mengatakan Soeharto
sebaiknya mengundurkan diri pada Jumat, 22 Mei,
atau DPR/MPR akan terpaksa memilih presiden baru
- Pukul 14.30 WIB, 14 menteri
bidang ekuin mengadakan pertemuan di Gedung Bappenas. Dua menteri lain,
yakni Mohamad Hasan dan Menkeu Fuad
Bawazier tidak hadir. Mereka sepakat tidak
bersedia duduk dalam Komite Reformasi, ataupun Kabinet
Reformasi hasil reshuffle. Semula ada keinginan untuk menyampaikan hasil
pertemuan itu secara langsung kepada Presiden Soeharto, tetapi akhirnya
diputuskan menyampaikannya lewat sepucuk surat. Alinea pertama surat itu,
secara implisit meminta agar Soeharto mundur dari jabatannya. Perasaan
ditinggalkan, terpukul, telah membuat Soeharto tidak mempunyai pilihan
lain kecuali memutuskan untuk mundur. Ke-14 menteri itu adalah Akbar
Tandjung, AM Hendropriyono, Ginandjar
Kartasasmita, Giri Suseno, Haryanto Dhanutirto, Justika Baharsjah, Kuntoro Mangkusubroto, Rachmadi
Bambang Sumadhijo, Rahardi Ramelan, Subiakto Tjakrawerdaya, Sanyoto
Sastrowardoyo, Sumahadi, Theo L. Sambuaga dan Tanri
Abeng.
- Pukul 20.00 WIB, surat itu
kemudian disampaikan kepada Kolonel Sumardjono. Surat itu kemudian
disampaikan kepada Presiden Soeharto.
- Soeharto kemudian bertemu
dengan tiga mantan Wakil Presiden; Umar Wirahadikusumah, Sudharmono, dan
Try Sutrisno.
- Pukul 23.00 WIB, Soeharto
memerintahkan ajudan untuk memanggil Yusril Ihza Mahendra, Mensesneg
Saadillah Mursjid, dan Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto. Soeharto sudah
berbulat hati menyerahkan kekuasaan kepada Wapres BJ Habibie.
- Wiranto sampai tiga kali
bolak-balik Cendana-Kantor Menhankam untuk menyikapi keputusan Soeharto.
Wiranto perlu berbicara dengan para Kepala Staf Angkatan mengenai sikap
yang akan diputuskan ABRI dalam menanggapi keputusan Soeharto untuk
mundur. Setelah mencapai kesepakatan dengan Wiranto, Soeharto kemudian
memanggil Habibie.
- Pukul 23.20 WIB, Yusril Ihza
Mahendra bertemu dengan Amien Rais. Dalam pertemuan itu, Yusril
menyampaikan bahwa Soeharto bersedia mundur dari jabatannya. kata-kata
yang disampaikan oleh Yusril itu, "The old man most probably has
resigned". Yusril juga menginformasikan bahwa pengumumannya akan
dilakukan Soeharto 21 Mei 1998 pukul 09.00 WIB. Kabar itu lalu
disampaikan juga kepada Nurcholish Madjid, Emha Ainun Najib, Utomo
Danandjaya, Syafii Ma'arif, Djohan Effendi, H Amidhan, dan yang lainnya.
Lalu mereka segera mengadakan pertemuan di markas para tokoh reformasi
damai di Jalan Indramayu 14 Jakarta Pusat, yang merupakan rumah dinas
Dirjen Pembinaan Lembaga Islam, Departemen Agama, Malik Fadjar. Di sana
Cak Nur - panggilan akrab Nurcholish Madjid - menyusun ketentuan-ketentuan
yang harus disampaikan kepada pemerintahan baru.
Gambar 1.3 Pernyataan pengunduran diri
- 21 Mei
- Pukul 01.30 WIB, Ketua Umum
Pengurus Pusat Muhammadiyah Amien
Rais dan cendekiawan Nurcholish Madjid (almarhum) pagi
dini hari menyatakan, "Selamat tinggal pemerintahan lama dan selamat
datang pemerintahan baru".
- Pukul 9.00 WIB, Soeharto
mengumumkan pengunduran dirinya pada pukul 9.00 WIB. Soeharto
kemudian mengucapkan terima kasih dan mohon maaf kepada seluruh rakyat
dan meninggalkan halaman Istana Merdeka didampingi ajudannya, Kolonel
(Kav) Issantoso dan Kolonel (Pol) Sutanto
(kemudian menjadi Kepala Polri). Mercedes hitam yang ditumpanginya tak
lagi bernomor polisi B-1, tetapi B 2044 AR.
- Wakil Presiden B.J.
Habibie menjadi presiden baru Indonesia.
- Jenderal Wiranto mengatakan ABRI
akan tetap melindungi presiden dan mantan-mantan presiden, "ABRI
akan tetap menjaga keselamatan dan kehormatan para mantan
presiden/mandataris MPR, termasuk mantan Presiden Soeharto beserta
keluarga."
- Terjadi perdebatan tentang
proses transisi ini. Yusril Ihza Mahendra, salah satu
yang pertama mengatakan bahwa proses pengalihan kekuasaan adalah sah dan
konstitusional.
- 22 Mei
- Habibie mengumumkan susunan
"Kabinet Reformasi".
- Letjen Prabowo Subianto dicopot dari
jabatan Panglima Kostrad.
- Di Gedung DPR/MPR, bentrokan
hampir terjadi antara pendukung Habibie yang memakai simbol-simbol dan
atribut keagamaan dengan mahasiswa yang masih bertahan di Gedung DPR/MPR.
Mahasiswa menganggap bahwa Habibie masih tetap bagian dari Rezim Orde
Baru. Tentara mengevakuasi mahasiswa dari Gedung DPR/MPR ke Universitas Atma Jaya
- 10 November 1998
Pada tanggal
10 November 1998, diprakarsai oleh para mahasiswa yang tergabung dalam Forum Komunikasi Senat Mahasiswa
se-Jakarta (FKSMJ), ITB Bandung,
Universitas Siliwangi, dan empat tokoh
reformasi yaitu Abdurrahman Wahid, Amien Rais,
Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Megawati Soekarnoputri mengadakan dialog
nasional di rumah kediaman Abdurrahman
Wahid, Ciganjur, Jakarta
Selatan. Dialog itu menghasilkan 8 butir kesepakatan, yaitu sebagai
berikut:
- Mengupayakan terciptanya
persatuan dan kesatuan nasional.
- Menegakkan kembali kedaulatan
rakyat.
- Melaksanakan desentralisasi
pemerintahan sesuai dengan otonomi daerah.
- Melaksanakan pemilu yang luber
dan jurdil guna mengakhiri masa pemerintahan transisi.
- Penghapusan Dwifungsi ABRI
secara bertahap
- Mengusut pelaku KKN dengan
diawali pengusutan KKN yang dilakukan oleh Soeharto dan kroninya.
- Mendesak seluruh anggota Pam
Swakarsa untuk membubarkan diri.
Pengangkatan
Habibie sebagai Presiden
Sidang
Istimewa MPR yang mengukuhkan Habibie sebagai Presiden, ditentang oleh
gelombang demonstrasi dari puluhan ribu mahasiswa dan rakyat di Jakarta dan di
kota-kota lain. Gelombang demonstrasi ini memuncak dalam peristiwa Tragedi
Semanggi, yang menewaskan 18 orang.
Masa
pemerintahan Habibie ditandai dengan dimulainya kerjasama dengan Dana Moneter Internasional untuk membantu
dalam proses pemulihan ekonomi. Selain itu, Habibie juga melonggarkan
pengawasan terhadap media massa dan kebebasan berekspresi.
Presiden BJ
Habibie mengambil prakarsa untuk melakukan koreksi. Sejumlah tahanan politik
dilepaskan. Sri Bintang Pamungkas dan Muchtar
Pakpahan dibebaskan, tiga hari setelah Habibie menjabat. Tahanan
politik dibebaskan secara bergelombang. Tetapi, Budiman Sudjatmiko dan beberapa petinggi Partai Rakyat Demokratik baru dibebaskan
pada era Presiden Abdurrahman Wahid. Setelah Habibie membebaskan tahanan
politik, tahanan politik baru muncul. Sejumlah aktivis mahasiswa diadili atas
tuduhan menghina pemerintah atau menghina kepala negara. Desakan meminta
pertanggungjawaban militer yang terjerat pelanggaran HAM tak bisa dilangsungkan
karena kuatnya proteksi politik. Bahkan, sejumlah
perwira militer yang oleh Mahkamah Militer Jakarta
telah dihukum dan dipecat karena terlibat penculikan, kini telah kembali duduk
dalam jabatan struktural.
Beberapa
langkah perubahan diambil oleh Habibie, seperti liberalisasi parpol, pemberian
kebebasan pers, kebebasan berpendapat, dan pencabutan UU Subversi. Walaupun
begitu Habibie juga sempat tergoda meloloskan UU
Penanggulangan Keadaan Bahaya, namun urung dilakukan karena besarnya
tekanan politik dan kejadian Tragedi Semanggi II yang menewaskan mahasiswa UI, Yun Hap.
Kejadian
penting dalam masa pemerintahan Habibie adalah keputusannya untuk mengizinkan Timor Timur
untuk mengadakan referendum yang berakhir dengan berpisahnya wilayah tersebut
dari Indonesia
pada Oktober 1999.
Keputusan tersebut terbukti tidak populer di mata masyarakat sehingga hingga
kini pun masa pemerintahan Habibie sering dianggap sebagai salah satu masa
kelam dalam sejarah Indonesia.
TAMBAHAN
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia_%281998-sekarang%29#1998
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia_%281998-sekarang%29#Latar_belakang
http://neodv8.blogspot.com/2013/04/contoh-kata-pengantar-makalah-yang-baik.html
https://www.youtube.com/watch?v=vgEKsnfOASw
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer